Counselor Life,  Personal Stories

Praktikum Konseling di Sekolah Dasar

Awalnya saya merasa sangat tidak siap berhadapan dengan anak SD yang masih sangat kecil, karena memang sudah lama sekali jarang berinteraksi secara intens dengan anak-anak. Lama-lama syukurnya bisa enjoy juga, dan ternyata seru loh.

Di sekolah ini belum pernah ada konselor maupun guru BK, jadinya belum ada ruangan khusus untuk konseling. Hari dimana saya konseling, kepala sekolah harus mengalah dulu karena ruangannya saya pakai.

Anak-anak tentu saja merasa asing dan heran saya siapa dan sebenarnya ngapain di sekolah, wong pakai ruangan kepala sekolah tapi bukan kepala sekolah dan bukan guru juga. Terus ngapain ya setiap datang ada anak yang dipanggil? Apa dihukum? dimarahi? 

Setiap ada anak yang saya panggil, anak lain pada ngintip dari kaca jendela, kepo pengen tahu anak itu sedang diapain. Saat itu memang guru belum memberi penjelasan, sehingga kesannya anak yang dipanggil akan dihukum.

Dampaknya setiap anak yang dipanggil konseling jadi ketakutan, gugup, ada yang sampai gemetaran loh. Kasian sekaligus lucu juga, kalau begini kan jadi susah konseling. Nggak bisa diajak bicara karena liat saya aja udah takut 😀

Bagusnya di STTRI praktikum ini tetap disupervisi dosen, tiap minggu kita ada kelas untuk bahas kasus-kasus anak, tips n trick, juga verbatim percakapan konseling salah satu kasus diketik jadi ketahuan apakah konselingnya uda bener atau belum.

Atas saran dosen selama konseling ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan supaya anak tidak gugup, lebih tenang dan bisa diajak bicara:

Menggambar, saya cukup menyediakan kertas HVS, pensil, dan pensil warna. Metode ini biasanya saya pakai untuk anak kelas 1-3. Saya membebaskan anak untuk menggambar apa saja, lalu meminta mereka menceritakan apa isi gambarnya. Biasanya gambar anak tidak jauh dari rumah, karena kreativitas masih terbatas pada apa yang mereka lihat. Biasanya mereka menceritakan interaksi di rumah sehingga saya bisa membayangkan situasi yang dialami anak sehari-hari. Anak sekecil ini belum bisa diajak berbicara mengenai masalahnya.

Mewarnai, ini favourite semua anak deh kayanya. Supaya anak nggak tegang, saya mengalihkan perhatian mereka dengan mewarnai, sembari saya ajak bercerita. Ini sangat efektif untuk anak kelas 4-6 karena mereka sudah bisa diajak membicarakan masalah yang dihadapi. Saya cukup menyediakan gambar-gambar yang menarik untuk diwarnai dan pensil warna. 

Hand Puppet, atau disebut juga boneka tangan. Anak kelas 1-3 masih senang diajak main boneka puppet dengan bentuk yang gemes dan lucu, anak mana yang menolak memasukkan jarinya yang mungil ke boneka  hewan warna-warni? Biasanya saya ajak anak membuat cerita, bermain peran, sehingga dengan imajinasi anak yang belum jauh-jauh dari rumah, situasi di rumahnya bisa saya ketahui. 

Playdough, mainan ini murni untuk mengurangi ketegangan anak saat diajak bercerita. Sembari anak membentuk playdough menjadi bentuk yang disuka,atau sekedar meremas-remas, menekan maju mundur di atas meja sehingga terbentuk cacing 😀 Anak biasanya lebih rileks dan mau cerita mengenai apa saja yang menarik.

Masih ada beberapa alternatif lain namun tidak semua saya gunakan. Karena tujuannya memang mengurangi ketegangan anak dan bisa diajak bicara, cara di atas cukup berhasil. Mungkin bisa dicoba juga oleh ibu-ibu di rumah untuk bisa ngajak anak ngobrol.

Karena anak-anak enjoy ketemu dengan saya, rumor barupun beredar kalau saya itu baik, ngajak main, mewarnai,dll. Jadilah pada rebutan pengen konseling Haha..Apalagi anak kelas 1-2, pengen konseling terus karena yang diingat cuma mainnya. Pagi kalau saya datang, masih jauh udah diteriakin, dipeluk-peluk, so much fun..Seneng banget rasanya..

Di kesempatan lain mungkin saya akan cerita lagi ya, karena postingan ini rasanya sudah terlalu panjang..Semoga berguna ya..

God Bless Us ~

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *