Konseling Pranikah 3 – Apa Kepentingan Sistem Dalam Pernikahan?
Hubungan yang khusus di antara dua pribadi dengan cepat membentuk sistem, baik dalam komunikasi maupun dalam kehidupan mereka berdua secara utuh. Di dalam sistem tersebut, setiap orang dengan keunikan kepribadian masing-masing memainkan peran yang disukai dan yang ia pakai dalam dimensi-dimensi hidupnya. Pergaulan dan pengenalan yang singkat dengan pasangan biasanya tidak menyingkapkan keseluruhan sistem. Mungkin ia belum mengenal peran yang dipakai oleh pasangan pada saat ia tidur, makan, menonton TV, mengisi waktu luang, bergaul, studi, atau bagaimana ia tidur, dan berkomunikasi dengan orang tuanya, sehingga pergaulan yang singkat meskipun diisi dengan keterbukaan belum memberikan pengenalan yang seutuhnya. Bahkan pergaulan yang sudah lama pun tidak menjamin individu mengenal kehidupan pasangan dengan baik. Biasanya sistem komunikasi diantara mereka berdua menjadi penentu apakah mereka saling mengenal sistem kehidupan masing-masing.[1]
Banyak hubungan berpacaran yang hanya diisi dengan hal-hal yang menyenangkan, dilakukan bersama-sama, tetapi tidak pernah membangun pengenalan yang bersifat personal. Dalam setiap pertemuan yang dilakukan, mereka sekedar makan bersama, menonton, membahas orang lain atau informasi yang sedang berkembang, dan berusaha membangun kedekatan yang palsu dengan menikmati hubungan yang bersifat seksual. Mereka tidak memahami bahwa sistem yang mereka sedang bangun tidak menolong mereka untuk dapat saling mengenal dan memahami, sehingga ketika memasuki pernikahan masing-masing menjadi kaget karena merasakan pasangan berubah dengan sangat drastis.
Ada banyak sekali kemungkinan sistem yang bisa dibangun sesuai dengan keunikan masing-masing pribadi, dan ketika sistem sudah terbentuk, maka panggilan Allah untuk suami-istri akan sulit sekali diaplikasikan (meskipun mereka bisa berdaptasi dan masing-masing menerima realitas sebagaimana adanya) sehingga tujuan pernikahan Kristen sulit tercapai.
Jika pasangan memiliki keseriusan untuk membangun pernikahan Kristen yang dewasa, pasangan harus memiliki keberanian menyusun strategi untuk membangun sistem kehidupan yang lebih sehat. Kesungguhan pasangan untuk membenahi sistem harus didemonstrasikan di dalam sikap dan tindakan yang konkret seperti keberanian atau kemauan untuk mendiskusikan secara rutin apa yang sudah terjadi dan bagaimana mengubah sistem yang sudah terbentuk, misalnya:
- Kebiasaan membelanjakan uang untuk hal-hal yang tidak begitu penting, harus bersedia untuk belajar bagaimana pertanggungjawaban penggunaan uang yang merupakan titipan Tuhan. mempelajari konsep persepuluhan yang benar dan mengelola keuangan dengan baik.
- Kebiasaan menghabiskan waktu luang dengan keluyuran tanpa tujuan yang jelas,harus bersedia untuk menyepakati waktu bersama dengan mengisi waktu luang lebih kreatif dan bermakna, yang menolong untuk lebih mengenal dan mengekspresikan kasih satu sama lainnya.
Dalam sistem yang sehat biasanya ada komponen-komponen kehidupan yang sehat pula, misalnya:
- Ada kebebasan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran bahkan keunikan identitas pribadi
- Ada spirit of acceptance- keinginan untuk menerima yang lebih kuat dari judgemental – keinginan untuk menghakimi
- Ada spirit of listening – keinginan mau mendengar yang lebih kuat dari sekedar knowing – keinginan untuk tahu
- Ada fleksibilitas yang lebih kuat dari kepatuhan pada berbagai aturan dan hukum
- Ada ruang untuk sharing – berbagi dan diskusi yang dinikmati
- Ada spirit yang menstimulir kesukaan belajar.
[1] Yakub Susabda, Konseling Pranikah: Sebuah Panduan Untuk Membimbing Pasangan-Pasangan Yang Akan Menikah (Mitra Pustaka: Jakarta), 106.