How I Deal With Procrastination (1)
Perkenalkan, aku Erika, sebelumnya prokrastinator sejati dan masih suka kambuh sampai sekarang 🤣 Susah banget ga sih mengumpulkan niat untuk segera menyelesaikan apapun tanggungjawab di depan mata kalau belum mepet dateline?
Kalau belum dateline, rasanya otak ga bisa jalan dan mikir, semua tugas rasanya sulit berkali-kali lipat. Coba kalau uda kepepet, otak encerrrr cas cis cusss kelarrr. Ada kebanggaan sendiri kalau sampai begadang-begadang kelarin tugas, excited parah, berasa menang lotre karena bisa ngalahin dateline padahal mepet. Yuhuyyyy gue berprestasi pagi iniii (setelah ga tidur semalaman nugas dateline) 🤣🤣
Tapi sejujurnya ada perasaan “belum memberikan yang terbaik”, semacam perasaan gelisah gitu dan mikir “seandainya ngerjainnya dicicil, mungkin lebih bagus lagi karena banyak waktu eksplore”. Walaupun paperku dapat nilai A, ntah mengapa kurang puas aja. Bukan ga puas nilainya, tapi kualitasnya itu loh. Merasa mungkin bisa lebih bagus walau belum tentu juga..
Setelah itu mulai deh pengen komit nggak nunda-nunda lagi, ya tapi nanti ya ulangin lagi polanyaaa..Gitu aja terus sampai doi peka dengan segala kode alus yang gue kasih #azekkk..
Kalau dipikir-pikir, beberapa faktor penyebab aku suka banget nunda:
Perfeksionis. Pengen sempurna sejak memulai, proses sampai hasil, yang mana mustahil banget. Apa itu sempurna, sempurna menurut siapa?
Nanti aja dehhhh. Fokusnya ke hal-hal yang di depan mata dan dampaknya cepet gitu, daripada ke hal yang dampaknya jangka panjang. Misal: enakan baca novel, nonton youtube (senengnya langsung berasa), daripada nyelesaiin kerjaan yang dampaknya panjanggggg
Yang gampang dulu ajalahh. Yang penting hari ini uda nyelesaiin sesuatu, ihhh gw uda cuci piring kali, gw udah baca 1 artikel ko, wow aku rajin ko baca kasus-kasus di internet (padahal tugas mingguan seabrek)
Kurang motivasi. Sadar ga sadar, kalau fokus kita cuma dari tumpukan tugas ke tugas berikutnya, liatnya cuma jadi beban doang. Jujur sebagai mahasiswa emang sering lupa kalau tugas yang dikerjain itu tuh kumpulan-kumpulan latihan skill yang akan jadi modal hidup di kemudian hari. Konteks bekerja, suka lupa kalau kerjaan-kerjaan tiap hari itu akan jadi kumpulan kolektif kualitas kerja dan pencapaian yang besar sesuai kapasitas dan peranan masing-masing. Jadi emang perlu banget sepenuh hati untuk tiap bagian tugas/kerjaan supaya goal besarnya kemudian tercapai. Jadi semangat ga sih kerjain apapun kalau selalu sadar bahwa semua tugas rutin inipun adalah bagian penting dari sebuah rencana dan goal besar kita?
Gimana mulainya ya? Kalau udah liat tugas/kerjaan besar tuh suka bingung kan gimana mulainya? Kalau dulu mau bikin paper yang sulit, suka ga jelas mau ngapain dulu nih! Awal S2 kalau bikin paper aku selalu random aja mulai cari judul, searching terosss ga kelar-kelar, baca buku terus tapi ga bisa nentuin mau judul apa. Lama-lama nemu polanya, ternyata harus mulai dari bikin plan dulu, bagi tugas besar ini menjadi tugas-tugas kecil. Mulai baca jurnal, baca buku, baca artikel, tentuin judul, bikin kerangka pikir dst sampai paper kelar
Gampang terdistraksi. Beneran segampang itu. Pas kerjain tugas, random latah buka medsos, ada orang lewat ajak ngobrol, idih musiknya ga asyiiikkk lalu cari lagu ampe lupa waktu, random kepikiran sesuatu dst. Sampai sekarang masih gampang si tapi uda mendingan banget, caranya ya menyepi dan menyendiri kalau udah kerjain sesuatu yang serius.
Nggak siap bekerja keras. Kalau tugas/kerjaan yang sulit bakal bikin capek kan? Sadar banget sih dulu malas kerja keras, malas capek, malas berusaha segigih itu untuk tugas yang sulit. Jadi nunda terus sampai mepet, karena pada dasarnya suka achieve target, jadi pasti diselesaikan sih, tapi ya gitu, mepet lol Minimal capeknya di akhir doanglah hahaha. Tapi lagi-lagi kan nggak efektif, ingat dampaknya adalah perasaan guilty feeling dan tidak puas dengan hasil yang dikerjakan. Dan jujur perasaan itu nggak enak banget, pengennya kan happy dan puas dengan apa yang sudah diusahakan. Sehingga kita lebih bisa menghargai jerih lelah sendiri dan makin sayang deh sama diri kita.
Bagaimana Caraku Mengatasinya?
Regulasi Emosi. wow apa hubungannya? Dr. Timothy Pychyl bilang prokrastinasi tidak sepenuhnya soal time management – walau ga bisa dipungkiri itu juga sangat penting – tapi penundaan itu lebih kepada situasi emosional ketika kita akan melakukan sesuatu. Kunci mengurangi prokrastinasi adalah kemampuan kita mengelola perasaan, yaitu mampu mengenal dan menyadari perasaan yang muncul, tanpa bereaksi dan mengikuti perasaan tersebut. Dibanding fokus mengikuti perasaan, misalnya rasa malas, kita justru harus fokus untuk berpikir: “perilaku apa yang harus saya aku lakukan berikutnya supaya tugas/pekerjaan ini ada kemajuan?” Temukan tindakan sekonkrit mungkin yang bisa dilakukan berikutnya, yang sangat bisa dikerjakan. Misalnya bikin planning, mulai bikin konsep, atau kerjain yang paling bisa dilakukan sekarang. Dengan demikian, fokus kita mulai beralih dari perasaan malas dan ga ingin ngerjain kepada tindakan-tindakan kecil. Secara psikologis, progres-progres yang kita capai akan menjadi bahan bakar untuk kesejahteraan serta motivasi kita berikutnya. Memulai memang bagian yang paling sulit bukan? Jadi sadari perasaan yang muncul, tapi jangan ikuti, lakukan suatu tindakan nyata yang konkret dan bisa dilakukan sesegera mungkin.
Make a clear goals effectively. Membuat sebuah goals penting banget, karena tanpa goals hidup akan ngalir gitu aja. Tau-tau udah akhir bulan, tau-tau udah dateline, nggak berasa udah akhir tahun, dst. Buat goals ga asal buat juga, perlu mempertimbangkan beberapa aspek berikut ini baik untuk goals jangka pendek maupun jangka panjang, disingkat SMARTER
Specific. Goals kamu harus spesifik, misalnya menabung setiap bulan
Measurable. Goals kamu harus bisa diukur dengan jelas, misalnya menabung Rp 500.000,00 setiap bulan
Actionable. Goals kamu harus bisa dilakukan, misalnya menyisihkan Rp 500.000,00 tersebut langsung setelah gajian
Relatable. Goals kamu harus sesuai kondisi kamu saat ini, apakah menabung Rp 500.000,00 masih okey dan tidak membuatmu kekurangan gizi?
Time-Bound. Goals kamu harus bisa ditentukan kapan akan dimulai dan kapan akan diakhiri (ada dateline). Misal menabung Rp 500.000 mulai bulan depan-akhir tahun. (misal awal tahun gaji naik, kamu mau naikin tabungan sesuai gaji saat itu–> goal berikutnya)
Evaluate. Selalu lihat progress dari goals kamu, jangan hanya buat goals lalu dicek setahun kemudian. Wajar goals nggak tercapai kalau tidak pernah dievaluasi. Apa kabar resolusimu di awal tahun 2020, pernah di cek nggak? Misal menabung Rp 500.000,00, bulan berapa aja berhasil? kalau gagal, kenapa?
Reward. Berikan hadiah/penghargaan pada diri kalau berhasil melakukan goals. Misal: kalau berhasil menabung Rp 500.000,00 bulan ini, aku akan makan pizza kesukaanku di akhir bulan.
Evaluate. Selalu lihat progress dari goals kamu, jangan hanya buat goals lalu dicek setahun kemudian. Wajar goals nggak tercapai kalau tidak pernah dievaluasi. Apa kabar resolusimu di awal tahun 2020, pernah di cek nggak? Misal menabung Rp 500.000,00, bulan berapa aja berhasil? kalau gagal, kenapa?
Reward. Berikan hadiah/penghargaan pada diri kalau berhasil melakukan goals. Misal: kalau berhasil menabung Rp 500.000,00 bulan ini, aku akan makan pizza kesukaanku di akhir bulan. Kalau berhasil bulan depan, aku bakal pakai 1 hari weekendku buat santai, kalau berhasil sampai akhir tahun, aku akan belikan blablabla (sesuai tujuanmu menabung)
Ini cuma contoh ya, sekali lagi ini bisa diaplikasikan ke berbagai jenis goals kamu, baik pekerjaan, study, menabung, relasi dll. Memang contoh menabung ini rada lebih gampang diberesin ya, gajian, sisihin duitnya, kelar deh. Nggak mudah juga sih dilakukan apalagi tidak terbiasa mengatur keuangan. Tapi yang seringkali paling sulit itukan melakukan daily routine dengan efektif ya. Goal yang berkaitan dengan paper-paper perkuliahan, pekerjaan yang menumpuk, IRT yang nggak kelar-kelar urusan rumah tangga, ini nih yang jujur butuh strategi banget biar nggak nunda-nunda. Harus gimana lagi ya? Kelola emosi udah, bikin goals jangka panjang dan pendek udah, lalu apalagi? Harus apalagi uooo??
Aku masih ada tips terakhir, tapi monmaap postingan ini udah padat dan panjang banget. Aku tulis di part dua aja ya, biar kalian nggak pegel bacanya :D:D See you di part 2 guys 🙂
4 Comments
Pingback:
Lucia Berta
Bener banget artikelnya, nggak sabar baca part selanjutnya. Biasanya yang bikin aku menunda pekerjaan adalah karena belum mood. Kalau sudah begitu aku harus berusaha ngumpulin good mood atau menciptakan kondisi yg bisa memberikan good mood 🙂
Salam kenal ya
Erika H Sinaga
Hai mba Lucia, thanks udah berkunjung dan meninggalkan jejak 🙂
Bener mba, memang ternyata ada pengaruh kemampuan untuk manage mood dan emosi terhadap kecenderungan prokrastinasi ini. PR besar banget ga sih? haha..
Semangat mba, minggu ni saya update part 2 ya..
Pingback: