Believer,  Single Woman 101

Wanita Harus Memiliki Standar Calon Suami

 

Sesungguhnya aku menunda membuat konten ini karena topiknya super sensitif. Aku yakin banyak yang pro dan kontra, tapi namanya juga prinsip dan pendapat jadi berbedapun nggak apa-apa ya kann~~

Apakah wajar seorang wanita memiliki standar? WAJAR BANGET, MALAH HARUS! Semua wanita HARUS berani punya standar, nggak boleh sembarangan menikah. Keputusan terlalu berani menimbulkan penderitaan yang nggak seharusnya ditanggung. Wong hati-hati aja masih banyak pergolakan batin yang terjadi, apalagi sembarangan kan?

Masalahnya wanita yang berani menyuarakan bahwa dia punya standar dan kriteria terhadap calon suami, rentan mendapat cemoohan. Apalagi kalau secara fisik dianggap kurang cantik, karir biasa saja, dan usia sudah “tidak lagi muda”. Siapkan penutup telinga kalau tidak mau tuli LOL

Aku sendiri sudah sering dinasehati masalah standar ini, kalimat “jangan terlalu milih-milih”, “ingat umur” “badanmu ada masa expirednya”, dan lainnya 😅 Tega banget! Namanya belum ada yang tepat masa mau dipaksain demi membuat semua orang puas bahwa aku sudah menikah? Lagian tuntutannya juga nggak bakalan berhenti ketika status menikah sudah disandang. Ntar ada lagi tuntutan segera punya anak, punya adeknya, punya ini dan itu

Sebelum membuat konten ini, aku banyak diskusi dengan teman-teman yang sudah menikah. Mereka sepakat bahwa sebaiknya hati-hati, banyak berdoa dan bergumul mengenai calon suami dan keluarganya. Harus bersedia mengenal pasangan secara mendalam sebelum memutuskan menikah

Banyak yang kecewa dengan karakter pasangan, padahal sebenarnya karakter itu sudah mulai terlihat sejak pacaran. Tapi berusaha dimaklumi dan diterima dengan harapan bisa berubah setelah menikah. Padahal nggak akan bisa berubah tanpa dia sendiri sadar dan berusaha mengubahnya

Intinya, menikahlah jika memang kamu sudah siap dan memiliki calon suami yang seiman dan sepadan, karakternya bagus dan cocok sama kamu. Jangan menikah karena tuntutan keluarga, kekhawatiran usia, cemoohan teman, atau apapun faktor dari luar

Wanita menikah bukan hanya karena ada pria yang “bersedia” menikahinya. Dia sendiri harus yakin bahwa pria itu sesuai dengan standarnya dan siap menjadi partner hidup yang sepadan ke depannya

Pertanyaannya, standar seperti apa? Sebenarnya sederhana, Alkitab sudah mengajarkan untuk mencari pasangan yang seiman dan sepadan. Fokus juga kepada karakter dan keinginannya untuk bertumbuh. Hanya saja kita membuatnya menjadi lebih rumit dengan menambahkan standar dan kriteria lain yang justru kurang esensial, seperti fisik, harta, kepopuleran dan lainnya

Loh memang nggak boleh? Boleh dong! Karena setiap orang memiliki kesukaan tersendiri dan berhak menentukan pilihan. Tapi seberapa penting kriteria tambahan itu? Berhenti menurunkan standar utama demi menghindari tuntutan dan cemoohan orang lain ya. Kamu harus berjuang untuk memenangkan masa depanmu, karena kamu yang jalani, yang paling tau rasanya

Harus berani memiliki prinsip “lebih baik tidak menikah daripada menikahi pria yang salah”. Wow sungguh berat! Kata teman-teman yang udah menikah, lebih berat menjalani pernikahan yang dipaksakan.

Tapi perlu diingat bahwa tidak ada pria sempurna dan kamupun bukan wanita sempurna, tapi setidaknya kalian pribadi yang mau sama-sama belajar menyesuaikan dan bertumbuh ke arah yang lebih baik. Jadi memang penting banget memiliki kriteria utama dan tambahan yang sangat jelas, sehingga ketika seorang pria mendekatimu, proses seleksinya tidak bertele-tele ahhahah

Semua keputusan kembali ke pilihan masing-masing ya, aku hanya berusaha membagikan apa yang menjadi kegelisahan dan pemikiranku. Sembari mengingatkan diri sendiri supaya tahan banting dengan omongan sekitar, yuk bisa yuk kalau saling menopang 🙂

Gimana menurut kalian, diskusi yuk manatau ada pandangan baru

 

God Bless Youuu~

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *