Believer,  Personal Stories

Retreat STTRI 2017 – God Gives Us Stories

Pertanyaan paling keras yang selalu muncul dalam hati dan pikiran selama retreat dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk aku bisa menjawabnya “Apa aku mau untuk meninggalkan kenyamanan dosa untuk hidup kudus dan benar di hadapan Tuhan?” Aku merasa sangat sulit untuk menjawab pertanyaan ini bukan tanpa alasan, aku mengingat selama 12 tahun aku mengenal Tuhan secara pribadi, sudah sangat banyak komitmen yang kuambil, namun aku mendapati diriku sering gagal untuk menghidupinya, jatuh dan jatuh kembali. Aku tidak mau kembali berjanji dan dengan mudah menyakiti hati Tuhan.

Aku sangat menikmati setiap sesi dalam retreat ini, namun hatiku sering sibuk di kala itu, di setiap kesempatan perenungan pikiran dan hatiku sibuk bertanya apakah aku siap? Ada beberapa kesempatan dimana aku hanya bisa menangis dan tidak bisa membohongi diri, aku belum siap untuk kembali berjanji kepada Tuhan, aku belum siap untuk kembali merasa terintimidasi dengan komitmen yang kubuat sendiri, dan aku tidak melihat kemungkinan bahwa aku akan mampu memenuhi janjiku. terlalu ideal dan aku bukan manusia sempurna.

Kuingat lagi semua kekurangan dan kelemahan yang sudah kulist di dalam otakku, dan kala itu aku menyerah rasanya dan bilang ke Tuhan aku nggak mampu, aku ga bakal kuat, aku ga bakal bisa, aku hanya akan berjanji untuk kembali jatuh lagi.

Di satu sesi akhir yaitu perjamuan kudus, itu aku merasakan kasih Tuhan, memberi kepada diriku kesempatan untuk mendengarkan Tuhan berbicara, bukan terus menerus sibuk berpikir dan menimbang-nimbang. Di saat hatiku mulai tenang, baru aku mampu untuk mendengarkan Tuhan berbicara secara pribadi di hatiku. Tuhan seolah mengatakan ” siapa yang memintamu mengandalkan kekuatanMu? Siapa yang memintamu untuk berjuang sendiri? Aku adalah pemilik bumi dan isinya, secara khusus dirimu, Aku yang akan berjuang bersamamu, dengan kekuatanKu aku akan memampukanmu. Lalu aku semakin terharu dengan kasih Tuhan, aku mau untuk memulai lagi komitmen baru untuk hidup hanya berpusat kepada Kristus saja. Hatiku kembali tenang dan memiliki pengharapan untuk hidup kudus di dalam Tuhan. Bukan hal mudah namun aku percaya sikap hatiku akan berbeda sekalipun aku kembali jatuh dan lemah dalam pencobaan.Terimakasih Tuhan

Aku juga mengingat betapa indahnya persekutuan dengan saudara seiman di kampus ini, yang akan terus menolongku semakin bertumbuh, mengenal Tuhan, diriku sendiri dan orang lain. Terimakasih Tuhan

Ada kisah besar yang sudah Tuhan rencanakan bagi kita, maukah kita menyelaraskan langkah dengan rencana Allah? Ataukah kita sibuk menulis cerita kita sendiri?

 

GOD GIVES US STORIES

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *